Selamat

Senin, 23 Januari 2012

Korban Tabrakan Xenia Maut Berpamitan di Facebook

Firasat buruk sudah dirasakan teman-teman sepermainan almarhum M. Hudzaifah alias Ujai, 16 tahun, dan Buhari alias Ai, 16 tahun. M. Akbar, rekan korban, mengatakan sempat memperhatikan tingkah laku aneh Ujai dan Ai sebelum ajal menjemput mereka.

Lewat jejaring sosial Facebook, Ujai dan Ai sempat menulis pesan meminta maaf kepada teman-temannya, seolah hendak berpamitan untuk pergi selama-lamanya. “Sebelum menutup mata, gw pengen temen-temen gw maafin gw. Gw takut Allah ga membuka mata gw lagi," demikian bunyi pesan Ujai seperti dituturkan Akbar kepada Tempo kemarin.

Kalimat Ai hampir persis. "Kalau Ujai menulis kata Allah, Ai menulis kata Tuhan," ujar Akbar.

Tapi firasat itu tak terlalu diacuhkan Akbar. Dia bercerita, malamnya mereka masih menonton bareng siaran sepak bola di televisi. Teman-teman dan keluarga yang ditinggalkan merasa keduanya tidak memiliki masalah sampai harus meminta maaf.

Akbar sendiri, yang selamat dari serudukan maut Daihatsu Xenia di Jalan Ridwan Rais di depan kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Ahad lalu, itu, mengaku tidak tahu alasan Ujai dan Ai menulis pesan maaf tersebut.

Minggu pagi adalah jadwal rutin anak-anak Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, itu menggelar latihan bola di lapangan Monas. Saat peristiwa nahas, Akbar bersama 14 rekan lainnya tengah berjalan menunggu tumpangan pulang. Tujuh orang dari mereka menjadi korban “Xenia maut”. Empat di antaranya tewas, yaitu Ujai, Ai, M. Akbar, 23 tahun, dan Firmansyah, 23 tahun.

Kemarin, jenazah mereka dimakamkan berdekatan di Taman Pemakaman Umum Kawi-kawi, Johar Baru. Ratusan warga ikut mengiringi isak tangis keluarga korban ke makam yang berjarak beberapa kilometer dari Tanah Tinggi tersebut.

Nenek Ujai, Susanti, menaburkan segenggam biji kacang hijau bersama baju yang terakhir dipakai Ujai ke dalam liang lahat. Menurut dia, ini adalah tradisi sejak dahulu, kalau ada yang meninggal selalu ditaburi kacang hijau.

Keluarga Buhari berharap pelaku tabrakan dihukum seberat-beratnya. "Kalau hanya hukuman ringan yang diberikan, kami akan mengadakan demo besar-besaran ke pengadilan," kata Mulyadi, ayah Buhari.

Dia menyatakan, Buhari adalah anak semata wayang yang menjadi tulang punggung keluarga. Sehari-hari remaja drop out kelas II sekolah menengah pertama itu bekerja sebagai tukang parkir.


Sumber : Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar