Selamat

Jumat, 09 Desember 2011

Aganna Sutta Bagian 2

20. Vasettha, makhluk-makhluk itu berkumpul bersama dan meratap, dengan berkata: “Kejahatan telah muncul di antara kita. Pencurian, pemeriksaan, kebohongan dan hukuman pun mulai dikenal. Sebaiknya kita memilih salah satu dari kita untuk mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan untuk membalas jasanya, kita akan memberikan sebagian padi kita kepadanya.”

Vasettha, mereka lalu memilih salah satu dari mereka yang paling rupawan, paling disukai, paling disegani, paling pandai, dengan berkata: “Sahabat, sepatutnyalah engkau mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan kami akan memberikan sebagian padi kami kepadamu.”

Ia menyetujuinya dan mengerjakan tugasnya, dan mereka memberikan sebagian padi milik mereka kepadanya.

21. Vasettha, dia yang dipilih oleh banyak orang itulah yang disebut Maha Sammata (Pilihan Agung) sebagai ungkapan pertama yang muncul (bagi seseorang yang dipilih oleh banyak orang). Penguasa ladang adalah ia yang disebut Khattiya, sebagai ungkapan kedua yang muncul. Ia yang menyenangkan orang lain dengan dhamma (dengan melaksanakan prinsip kebenaran) adalah ia yang disebut Raja, sebagai ungkapan ketiga yang muncul.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat Khattiya ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

22. Vasettha, kemudian muncul gagasan pada diri orang-orang itu: “Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, sehingga pencurian, pemerkosaan, kebohongan, hukuman dan pengucilan menjadi dikenal. Sekarang, marilah kita menyingkirkan semua kejahatan dan kebiasaan tak pantas itu.” Dan mereka mengindahkannya.

Vasettha, mereka yang menyingkirkan (bahenti) kejahatan dan kebiasaan buruk adalah ia yang disebut brahmana. Demikianlah brahmana sebagai ungkapan awal bagi mereka. Mereka membuat pondok-pondok dari daun di hutan, dan bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang. Mereka mengumpulkan makanan pada pagi hari untuk makan siang, dan pada sore hari untuk makan malam. Mereka mengumpulkan makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah beroleh makanan, mereka kembali ke pondok dan bersamadhi.

Ketika orang-orang melihat mereka yang bersamadhi (jhayanti), orang-orang itu menyebutnya Jhayaka (pelaksana samadhi). Demikianlah istilah Jhayaka sebagai ungkapan kedua yang muncul.

23. Vasettha, terdapatlah di antara mereka yang tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa, kampung dan kota. Di sana, mereka menulis buku (ganthe karonta). Dan ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: “Orang-orang ini, karena tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa, kampung dan kota. Di sana, mereka menulis buku (ganthe karonta). Mereka tidak bersamadhi (ajhayaka).

Vasettha, mereka yang tidak bersamadhi inilah yang disebut dengan Ajhayaka. Demikianlah Ajhayaka sebagai istilah ketiga yang muncul. Pada masa itu, mereka dipandang yang paling rendah, tetapi sekarang mereka menganggap bahwa diri merekalah yang paling tinggi.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat brahmana ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

24. Vasettha, terdapat pula sebagian orang yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan. Mereka inilah yang disebut dengan Vessa (kaum pedagang). Demikianlah istilah Vessa ini dipergunakan sebagai ungkapan bagi orang-orang itu.

25. Vasettha, selebihnya dari orang-orang ini, melakukan pekerjaan berburu. Mereka yang hidup dari hasil berburu dan pekerjaan-pekerjaan sejenisnya inilah yang disebut Sudda. Demikianlah istilah Sudda ini dipergunakan sebagai ungkapan dari orang-orang itu.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat brahmana, vessa, dan sudda ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

26. Vasettha, pada suatu saat, terdapatlah beberapa orang khattiya memandang rendah cara hidupnya sendiri. Mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: “Aku ingin menjadi pertapa.” 

Demikian pula hal ini terjadi pada golongan brahmana, vessa dan sudda. 

Vasettha, dari empat kelompok masyarakat inilah muncul kelompok pertapa. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

27. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), dan alam neraka (niraya).

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

28. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan benar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia (suggati), alam surga (sagga).

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

29. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara. 

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

30. Vasettha, seorang khattiya yang hidup dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda-noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini. 

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

31. Vasettha, siapapun dari keempat kelompok masyarakat ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan yang harus dikerjakan (kata karaniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran (parikakkhinabhavasannajano), telah terbebas karena berpengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan terbaik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan dhamma (adhamma). 

Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

32. Vasettha, syair ini telah dikumandangkan oleh Sanam Kumara, salah seorang dewa Brahma:
“Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini, yang mempertahankan garis keturunannya. Tetapi Ia yang sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia.”

Vasettha, syair ini telah dikumandangkan dengan baik oleh Brahma Sanam Kumara, kata-kata yang baik, tidak buruk; penuh arti dan bukan kata-kata kosong. 

Vasettha, begitu pula Aku menyatakan: “Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini, yang mempertahankan garis keturunannya. Tetapi Ia yang sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia.”

Demikianlah sabda Sang Bhagava. Vasettha dan Bharadvaja merasa puas dan bersuka cita mendengar sabda Sang Bhagava itu.

Sumber: Aganna Sutta - IndoForum http://www.indoforum.org/t20161/#ixzz1g41VK2fV
Hak Cipta: www.indoforum.org 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar